Tugas Bulan 1
TUGAS BULAN 1
BAHASA INDONESIA 1
Ø
Peran
dan Fungsi Bahasa Indonesia
Ø
Ragam
Bahasa
Ø
EYD
dan Tanda Baca
Nama : Nunik Kurniasih
Kelas : 3ka17
NPM : 16113578
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA
2015/2016
1.
Peran
dan fungsi bahasa indonesia
Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Umum
Fungsi umum bahasa
indonesia adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa pada dasarnya sudah
menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat
sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide,
pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa.
Selain fungsi bahasa
diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui
bahasa yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar
belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Menurut Sumiati Budiman (1987 : 1)
mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :
1)
Fungsi praktis
Bahasa digunakan sebagai
komunikasi dan interakis antar anggota masyaraka
dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2)
Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan
mengembangkan kebudayaan.
3)
Fungsi artistik
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan)
manusia melalui seni sastra.
4)
Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
5)
Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk
menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Berdasarkan semua ini, dapat disimpulkan
fungsi bahasa yaitu sbb:
1. Bahasa sebagai
alat komunikasi
Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan
berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk
sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan segala potensi
untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju kesejahteraan adil dan makmur.
2. Bahasa sebagai
alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat ekspresi diri, bahasa merupakan
sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik
berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu
juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang
kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.
2. Bagaimana cara Anda melestarikan
Bahasa Indonesia sebagai alat
pemersatu bangsa?
Indonesia adalah
bangsa yang besar beraneka ragam suku bangsa ada disini mulai dari sabang
sampai merauke. 748 bahasa dari bermacam-macam daerah juga ada di negara ini,
setiap orang yang berasal dari setiap suku memiliki karakternya masing-masing
mulai dari adat, kebiasaan dan bahasa. Dalam bersosialisasi dibutuhkan peran
bahasa untuk memberi pengertian terhadap apa yang kita ucapkan. Karena bangsa
kita memiliki ratusan bahasa harus ada bahasa Negara yang berperan sebagai alat
pemersatu sebagai sarana percakapan yang digunakan oleh orang dari berbagai
macam suku bangsa untuk berkomunikasi.
Bahasa Indonesia dalam perjalanannya banyak
menyerap dari bahasa asing, maupun daerah. Peran penjajah sangat mempengaruhi
pengunaan bahasa yang bercampur bahkan juga ada yang sama dengan bahasa asli
nya di Negara asal misalkan :bendera di portugis yang kini Portugal juga
disebut bendera.
Itu bukti bahwa bahasa Indonesia menyerap dari
berbagai macam bahasa mulai dari portugis, belanda, arab, india (sansekerta),
sampai bahasa dari berbagai macam daerah di Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu juga digunakan dimedia-media nasional, pemerintahan, dsb. Bahasa
sebagai bahasa pemersatu juga diikrarkan oleh para pemuda masa lalu yang salah
satu bunyi sumpah pemuda berisikan “kami pemuda Indonesia mengaku
berbahasa yang satu bahasa Indonesia”.
3. Jelaskan peranan Bahasa Indonesia
dalam konteks ilmiah!
Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia, sebagaimana yang telah disahkan
pada sumpah pemuda 1928. Selain itu bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang
sangat penting bagi waga Negara Indonesia. Dalam peranannya bahasa Indonesia
dalam penulisan atau dalam konteks ilmiah sangatlah penting. Dikarenakan dalam
penulisan ilmiah membutuhkan penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik. Penggunaan
tata bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah ialah penggunaan tata bahasa yang
telah mengikuti aturan EYD yang benar. Dimana dalam segi penggunaan tata
bahasa, segi pemilihan kata, dan segi penggunaan tanda baca
Sering kali pada konteks ilmiah bahasa diartikan
sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian
yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan tertentu. Dalam
konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, baik dalam penulisan dan tata bahasanya.
Dalam penulisan karya ilmiah yang harus diperhatikan ialah dalam pemilihan kata, penggunaan tanda baca, dan harus mengikuti EYD.
Adapun manfaat penyusunan karya ilmiah bagi
penulis adalah berikut:
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.
5. Memperoleh kepuasan intelektual.
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah
atau akademik menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa,
karya tulis semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus memenuhi ragam
bahasa standar (formal) atau bukan bahasa informal atau pergaulan.Ragam bahasa
karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti ragam bahsa yang
penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini
mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambigiutas makna
karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu.
Dengan demikian, ragam bahasa karya ilmiah
sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti
ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar karya tersebut dapt tetap dipahami
oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut
diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau
konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata.
Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah
kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan
strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat
terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya.
Penulisan ilmiah merupakan sebuah karangan yang bersifat fakta atau real yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik dan benar serta ditulis menurut metode yang ada.
Ada yang menyebutkan beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu :
1. Bermakna isinya
2. Jelas uraiannya
3. Berkesatuan yang bulat
4. Singkat dan padat
5. Memenuhi kaidah kebahasaan
6. Memenuhi kaidah penulisan dan format karya
ilmiah
7. Komunikasi secara ilmiah
2. RAGAM BAHASA
Pengertian
kata ragam secara umum dalam bahasa Indonesia adalah tingkah, jenis, langgam,
corak dan laras. Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut
pemakaian yang dibedakan menurut topik pembicaraan, sikap penutur, dan media
atau sarana yang digunakan. Pengertian ragam bahasa ini memperhatikan situasi
yang dihadapi, masalah yang hendak disampaikan, latar belakang pendengar dan
pembaca yang dituju, dan media atau sarana yang hendak digunakan.
Pengertian ragam bahasa menurut para ahli sangat
penting untuk dipahami, karena dari situ kita bisa menyimpulkan sendiri
pengertian ragam bahasa versi kita sendiri. Berikut ini adalah
beberapa definisi ragam bahasa yang dijelaskan oleh para ahli.
Ø
Pengertian ragam bahasa menurut Bachman
Menurut Bachman (1990),
“ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”
Ø
Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono
Menurut Dendy
Sugono (1999), “bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku.
Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan
resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di
rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.”
Ø
Pengertian ragam bahasa menurut Fishman ed
Menurut Fishman
ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan
hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam
bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa
Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang
norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi
pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Dasar-dasar
Ragam Bahasa
Pada
ragam bahasa yang paling pokok adalah seseorang itu menguasai atau mengetahui
kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa. Kerena kaidah bahasa dianggap sudah
diketahui, uraian dasar-dasar ragam bahasa itu diamati melalui skala
perbandingan bagian persamaan bagian perbedaan. Dasar-dasar ragam bahasa yang
akan diperbandingkan itu didasarkan atas sarana ragam bahasa lisan dan ragam
tulisan.
Jenis-jenis
Ragam Bahasa
1.
Ragam bahasa berdasarkan media
a. Ragam bahasa Media (Lisan)
a. Ragam bahasa Media (Lisan)
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi
ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk
kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan
secara lisan.
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri- cirinya tidak menunjukan cir-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri dari keduanya:
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri- cirinya tidak menunjukan cir-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri dari keduanya:
Ciri-ciri
ragam lisan:
·
Memerlukan orang kedua/teman bicara.
·
Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
·
Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
·
Berlangsung cepat
Contohnya;
“Sudah saya baca buku itu”
b.
Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang
diungkapkan nya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan unsur kalomat. Oleh karrena itu, enggunaan ragam baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah
ejaan, struktur bentuk katadan struktur kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur
bahasa di dalam struktur kalimat
Ciri-ciri
ragam tulis:
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang
serta waktu;
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Berlangsung lambat;
5. Selalu memakai alat bantu;
6. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan
mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca
Contohnya: “Saya sudah membaca buku itu”.
Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa
dan kosa kata ) :
Tata Bahasa :
A.
Ragam Bahasa lisan
1. Nia sedang baca surat kabar.
2. Ari mau nulis surat
3. Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu
B.
Ragam bahasa tulisan.
1. Nia sedang membaca surat kabar.
2. Ari mau menulis surat.
3. Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Kosa kata
A.
Ragam bahasa lisan
1. Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2. Kita harus bikin karya tulis.
3. Rasanya masih terlalu pagi buat saya,
B.
Ragam bahasa tulisan
1. Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
2. Kita harus membuat karya tulis.
3. Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
2. Ragam Bahasa Berdasarkan
Penutur
1.
Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok
penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama
dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,
kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan
mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi
dalam bidang tata bahasa,
misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun
sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
2.
Ragam bahasa berdasarkan
sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga
oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan
santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak
antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa
resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan
makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan.
3. Ragam Bahasa Berdasarkan
Situasi
a. Ragam Baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang dipakai dalam forum
resmi. Ragam ini bisa juga disebut ragam resmi.
b. Ragam Tidak Baku
Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang menyalahi
kaidah-kaidah yang terdapat dalam bahasa baku.
4. Ragam Bahasa Berdasarkan
Bidang
a. Ragam Ilmu dan Teknologi
Ragam ilmu dan teknologi
adalah ragam bahasa yang digunakan dalam bidang keilmuan dan teknologi.
b. Ragam Sastra
Ragam satra adalah ragam
bahasa yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan estetis dengan cara penggunaan
pilih jata secara cermat dengan gramatikal dan stilistil tertentu.
c. Ragam Niaga
Ragam niaga adalah ragam
bahasa yang digunakan untuk menarik pihak konsumen agar dapat melakuakan tindak
lanjut dalam kerjasama untuk mencari suatu keuntungan finansial.
3.
EYD
dan Tanda Baca
Pengertian Ejaan
Menurut Ejaan van Ophuysen
Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi
ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi
bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.[12] Ejaan
Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896)
van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim.
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.
Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata
bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui
pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
a)
Huruf
ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus
disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan
untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
b)
Huruf
j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
c)
Huruf
oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
d)
Tanda
diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD)
Karena laju perkembangan
pembangunan, maka dirasakan bahwa ejaan perlu disempurnakan. Sebab itu, di
tahun 1966 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sarino Mangunpranoto dibentuk
lagi sebuah Panitia Ejaan Bahasa Indonesia, yang bertugas menyusun konsep baru,
yang merangkum segala usaha penyempurnaan yang terdahulu. Sesudah berkali-kali
diadakan penyempurnaan, maka berdasarkan Kepurusan Presiden No. 57 tahun 1972
diresmikan ejaan baru yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1972, yang
dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dengan EYD, ejaan dua bahasa
serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin dibakukan. Motif
lahirnya Ejaan yang Disempurnakan ialah sebagai berikut :
·
Menyesuaikan
ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa.
·
Membina
ketertiban dalam penulisan huruf dan tanda baca.
·
Mulai
usaha pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.
·
Mendorong
pengembangan bahasa Indonesia (Ambo Enre, 1984:38)
·
Adapun
hal-hal yang diatur penggunaannya dalam EYD,yaitu sebagai berikut:
·
Pemakaian
huruf
·
Penulisan
huruf
·
Penulisan
kata
·
Pungtuasi
(tanda baca)
PENULISAN KATA
Kata
Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
-
Buku
itu sangat menarik
-
Ibu
sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kata
Turunan
· Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan
bentuk dasarnya. Misalnya: Berjalan, Dipermainkan, gemetar.
·
Imbuhan
dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: mem-PHK-kan, di-upgrade.
· Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi.
·
Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: Dilipatgandakan,
menggarisbawahi.
·
Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai. Misalnya: antarkota, ekstrakurikuler, pramuniaga.
Bentuk
Ulang
Ø
Bentuk
ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: anak-anak, mata-mata.
Ø Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya: kekanak-kanakan.
Gabungan
Kata
Ø
Unsur-unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya:
kambing hitam, orang tua.
Ø
Gabungan
kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang bersangkutan. Misalnya: ibu-bapak kami, ibu bapak-kami.
Ø Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis
serangkai. Misalnya: alhamdulillah, halalbihalal,
saputangan.
Suku
Kata
Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
v
Jika
di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: bu-ah.
v
Huruf
diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya: pan-dai.
v
Jika
di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan
itu. Misalnya: mu-sya-wa-rah.
v
Jika
di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: makh-luk.
v Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara
huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
in-stru-men.
Kata
Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai
satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya: Di mana dia sekarang?
Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf
atau lebih
a)
Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya: H. Hamid Haji Hamid
M.Si. magister sains
b)
Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
c)
Singkatan
kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: kpd. Kepada
d)
Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya: dll. dan lain lain
e)
Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam
surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya: a.n. atas nama
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang
diperlakukan sebagai sebuah kata.
v Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal
unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda
titik.
Misalnya: LIPI Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
v Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur
ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya: Bulog Badan
Urusan Logistik
v Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata
atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: iptek
ilmu
pengetahuan dan teknologi
Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan
angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab :0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka
Romawi :I,
II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V
(5.000), M (1.000.000)
PEMAKAIAN TANDA BACA
Tanda Titik (.)
ü Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan.
Misalnya: Biarlah mereka duduk di
sana.
Tanda Koma (,)
ü Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
ü
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dankecuali. Misalnya: Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar
kota.
ü
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan
datang.
ü
Tanda Titik Koma (;)
ü Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
ü Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan
perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan
itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri
sipil di lembaga ini:
ü berkewarganegaraan Indonesia;
ü berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
ü Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat
setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca
dan kata hubung. Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana,
dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Tanda Titik Dua (:)
ü Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Hanya ada dua pilihan bagi para
pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
ü Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya:Ketua: Ahmad Wijaya
ü Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah
kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu
: "Bawa kopor ini,
Nak!"
Amir
: "Baik, Bu."
ü Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan
halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Tanda Hubung (-)
ü Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh
pergantian baris. Misalnya: Di samping cara lama diterapkan juga ca-ra baru
....
ü
Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran
dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya: Kini ada
cara yang baru untuk meng-ukur panas.
ü
Tanda
hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak
ü
Tanda
hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a
ü
Tanda
hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya:
ber-evolusi
ü
Tanda
hubung dipakai untuk merangkai:
ü
se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
ü
ke-
dengan angka.
ü
angka
dengan -an,
ü
kata
atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
ü
kata
ganti yang berbentuk imbuhan, dan
ü gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya: se-Indonesia
ü Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing. Misalnya: pen-tackle-an
Tanda Pisah (–)
§ Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
§
Tanda
pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan
ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
§ Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau
tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya: Tahun 1928–2008
Tanda Tanya (?)
o
Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan dia berangkat?
o
Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Dia
dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah indahnya taman
laut ini!
Tanda Elipsis (...)
o Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
o Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu
kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Tanda Petik (" ")
o
Tanda
petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan,
"Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
o
Tanda
petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat. Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5
buku itu.
o
Tanda
petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara
"coba dan ralat" saja.
Tanda Petik Tunggal (' ')
o
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan
lain. Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
o
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan. Misalnya:
terpandai 'paling' pandai
o
Tanda
petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing. Misalnya:
feed-back 'balikan'
Tanda Kurung (( ))
o
Tanda
kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Tanda
Kurung Siku ([ ])
ü
Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah asli. Misalnya: Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia
jatuh pada hari Selasa.
ü
Tanda
kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.Misalnya:
Tanda Garis Miring (/)
ü Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau
tahun ajaran. Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
ü Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau,
tiap, dan ataupun. Misalnya: dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat
darat atau lewat laut'
Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah
kusurati. ('kan = bukan)
Malam 'lah
tiba. ('lah = telah)
1
Januari
'08 ('08 = 1988)
Daftar Pustaka:
Komentar
Posting Komentar