BAB XI Ilmu Pengetahuan Tekhnologi dan Kemiskinan
BAB IX
ILMU PENGETAHUAN
TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
Ilmu Pengetahuan
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan
sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang
dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya
bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani
(materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika
membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang
kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan
tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah
seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Sikap Ilmiah
Scientist atau
Sikap ilmiah dimana ilmuwan mempelajari gejala-gejala alam melalui observasi,
eksperimentasi dan analisis yang rasional. Ia menggunakan sikap-sikap tertentu
(Scientific attitudes). Sikap-sikap tersebut antara lain :
1. Jujur
Seorang ilmuwan
wajib melaporakan hasil pengamatan secara objektif. Dalam kehidupan sehari-hari
mungkin saja ia tidak jujur dari manusia lain, tetapi dalam hal penelitian ia
harus sejujur-jujurnya dalam melaporkan penelitiannya.
2. Terbuka
2. Terbuka
Seorang ilmuwan
mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari praduga. Ia tidak akan
meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan
mengujinya sebelum menerima/ menolaknya. Jadi ia terbuka akan pendapat orang
lain.
3. Toleran
3. Toleran
Seorang ilmuwan
tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bersedia mengakui bahwa orang lain
mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih luas, atau mungkin saja pendapatnya
bisa salah. Dalam belajar menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari
orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, serta tidak
memaksakan suatu pendapat kepada orang lain.
4. Skeptis
4. Skeptis
Ilmuwan dalam
mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, dan skeptis. Ia akan
menyalidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia akan
bersikap kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa
didukung bukti-bukti yang kuat.
5. Optimis
Seorang ilmuwa
selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat
dikerjakan, tetapi akan mengatakan “ Berikan saya kesempatan untuk memikirkan
dan mencoba mengerjakan “.
6. Pemberani
6. Pemberani
Ilmuwan sebagai
pencari kebenaran harus berani melawan semua kesalahan, penipuan,
kepura-puraan, kemunafikan dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.
7. Kreatif
7. Kreatif
Ilmuwan dalam
mengembangkan ilmunya harus selalu kreatif agar terlihat lebih menarik.
Teknologi
Teknologi
merupakan satu konsep yang luas dan mempunyai lebih daripada satu takrifan.
Takrifan yang pertama ialah pembangunan dan penggunaan alatan, mesin, bahan dan
proses untuk menyelesaikan masalah manusia.
Istilah
teknologi selalunya berkait rapat dengan rekaan dan gadget menggunakan prinsip
sains dan proses terkini. Namun, rekaan lama seperti tayar masih menunjukkan
teknologi.
Maksud yang
kedua digunakan dalam bidang ekonomi, yang mana teknologi dilihat sebagai tahap
pengetahuan semasa dalam menggabungkan sumber bagi menghasilkan produk yang
dikehendaki. Oleh itu, teknologi akan berubah apabila pengetahuan teknikal kita
berubah.
Takrifan
teknologi yang diguna pakai di sekolah-sekolah dan institusi-insitusi pengajian
tinggi di Malaysia ialah aplikasi pengetahuan sains yang boleh memanfaatkan
serta menyelesaikan masalah manusia yang dihadapi dalam kehidupan seharian.
Ciri-ciri
fenomena teknik pada masyarakat :
- Rasionalitas, artinya tidakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
- Artifisialitas, artiya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
- Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi da rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
- Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
- Monisme artiya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
- Universalisme. artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
- Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip
Hubungan Ilmu dengan Nilai-nilai Hidup
Penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan
mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan lebih lanjut ilmu dan
teknologi. Tanggung jawab etis merupakan sesuatu yang menyangkut kegiatan
keilmuan maupun penggunaan ilmu, yang berarti dalam pengembangannya harus
memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem,
bersifat universal, bertanggungjawab pada kepentingan umum, dan kepentingan
generasi mendatang.
Tanggung jawab
ilmu menyangkut juga hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu dimasa lalu,
sekarang maupun akibatnya di masa mendatang, berdasarkan keputusan bebas
manusia dalam kegiatannya. Penemuan baru dalam ilmu terbukti ada yang dapat
mengubah sesuatu aturan nilai-nilai hidup baik alam maupun manusia. Hal ini
tentu menuntut tanggung jawab untuk selalu menjaga agar yang diwujudkan dalam
perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu
itu sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh.
Tanggung jawab
etis tidak hanya menyangkut upaya penerapan ilmu secara tepat dalam kehidupan
manusia, melainkan harus menyadari apa yang seharusnya dilakukan atau tidak
dilakukan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia seharusnya, baik
dalam hubungannya sebagai pribadi, dalam hubungan dengan lingkungannya maupun
sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap Khaliknya.
Jadi
perkembangan ilmu akan mempengaruhi nili-nilai kehidupan manusia tergantung
dari manusianya itu sendiri, karena ilmu dilakukan oleh manusia dan untuk
kepentingan manusia dalam kebudayaannya. Kemajuan di bidang ilmu memerlukan
kedewasaan manusia dalam arti yang sesungguhnya, karena tugas terpenting ilmu
adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai
pengertian tentang martabat dirinya.
Mengapa Ilmu Tidak Dapat Terpisahkan dengan
Nilai-nilai Hidup
Ilmu dapat
berkembang dengan pesat menunjukkan adanya proses yang tidak terpisahkan dalam
perkembangannya dengan nilai-nilai hidup. Walaupun ada anggapan bahwa ilmu
harus bebas nilai, yaitu dalam setiap kegiatan ilmiah selalu didasarkan pada
hakikat ilmu itu sendiri. Anggapan itu menyatakan bahwa ilmu menolak campur
tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri,
yaitu ilmu harus bebas dari pengandaian, pengaruh campur tangan politis,
ideologi, agama dan budaya, perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu
terjamin, dan pertimbangan etis menghambat kemajuan ilmu.
Pada
kenyataannya, ilmu bebas nilai dan harus menjadi nilai yang relevan, dan dalam
aktifitasnya terpengaruh oleh kepentingan tertentu. Nilai-nilai hidup harus
diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu jika praktiknya mengandung
tujuan yang rasional. Dapat dipahami bahwa mengingat di satu pihak objektifitas
merupakan ciri mutlak ilmu, sedang dilain pihak subjek yang mengembangkan ilmu
dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut menentukan pemilihan atas masalah dan
kesimpulan yang dibuatnya.
Setiap kegiatan
teoritis ilmu yang melibatkan pola subjek-subjek selalu mengandung kepentingan
tertentu. Kepentingan itu bekerja pada tiga bidang, yaitu pekerjaan yang
merupakan kepentingan ilmu pengetahuan alam, bahasa yang merupakan kepentingan
ilmu sejarah dan hermeneutika, dan otoritas yang merupakan kepentingan ilmu
sosial.
Dengan bahasan
diatas menjawab pertanyaan mengapa ilmu tidak dapat dipisahkan dengan
nilai-nilai hidup. Ditegaskan pula bahwa dalam mempelajari ilmu seperti halnya
filsafat, ada tiga pendekatan yang berkaitan dengan kaidah moral atau
nilai-nilai hidup manusia, yaitu:
1. Pendekatan Ontologis
Ontologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu,
landasan ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara
ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang
berada dalam jangkauan pengalaman manusia.
Dalam kaitannya
dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup, maka dalam menetapkan objek
penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat
mengubah kodrat manusia, merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permasalahan
kehidupan.
2. Pendekatan Epistemologi
Epistemologis
adalah cabang filsafat yang membahas tentang asal mula, sumber, metode,
struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitannya dengan ilmu,
landasan epistemologi mempertanyakan proses yang memungkikan dipelajarinya
pengetahuan yang berupa ilmu.
Dalam kaitannya
dengan moral atau nilai-nilai hidup manusia, dalam proses kegiatan keilmuan,
setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan
dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak
hidup yang berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu
merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan.
3. Pendekatan Aksiologi
Aksiologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai
landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan. Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk
kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau
alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat
manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk itu
ilmu yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal
berarti ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang
berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti bahwa ilmu
tidak mempunyai konotasi ras, ideologi, atau agama.
Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Ciri Kemiskinan
Apabila kita amati, mereka yang hidup dibawah garis
kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
- Mereka umumnya tidak mempunyai factor produksi sendiri seperti tanah yang cukup, modal dan keterampilan.
- Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
- Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD atau SLTP. Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar.
- Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan
- Kebanyakan dari mereka yang hidup di kota, masih berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan yang mumpuni dan pendidikan yang layak untuk bersaing di kota. Sehingga banyak dari mereka bekerja sebagai buruh kasar, pedagang musiman, tukang becak, pembantu rumah tangga. Beberapa dari mereka bahkan jadi pengangguran atau gelandangan.
Fungsi-fungsi Orang Miskin
Pertama adalah
menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan kotor, tidak terhormat, berat,
berbahaya, tetapi di bayar murah.
Kedua
kemiskinan adalah menambah atau memperpanjang nilai guna barang atau jasa. Baju
bekas yang sudah tidak terpakai dapat di jual ( atau dengan bangga di katakan ”
di infakan ”) kepada orang-orang miskin.
Ketiga
kemiskinan adalah mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan
orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena di bayar murah, petani tidak
boleh menaikan harga beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.
Kempat kemiskinan
adalah menyediakan lapangan kerja,bagaimana mungkin orang miskin memberikan
lapangan kerja ? karena ada orang miskin lahirlah pekerjaan tukang kredit (
barang atau uang ) aktivis-aktivis LSM ( yang menyalurkan dana dari badan-badan
internasional lewat para aktivis yang belum mendapatkan pekerjaan kantor )
belakangan kita tahu bahwa tidak ada komunitas yang paling laku di jual oleh
negara ketiga di pasaran internasional selain kemiskinan.
Kelima
kemiskinan adalah memperteguh status sosial orang-orang kaya, perhatikan jasa
orang miskin pada perilaku orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya
memberikan label bos kepadanya.Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya
dengan memerintah inem-inem mengurus rumah tangganya.
Pendapat
Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang
jelas, yakni teknologi merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan. Selain itu,
teknologi juga mengandung ilmu pengetahuan didalamnya. Ilmu pengatahuan
digunakan untuk mengatahui “apa” sedangkan teknologi digunakan untuk mengatahui
“bagaimana”. Perubahan teknologi yang cepat dapat menyebabkan kemiskinan,
karena dapat menyebabkan perubahan sosial yang fundamental
Sumber :
Komentar
Posting Komentar